Minggu, 19 September 2010

Apa Aja Bagian 3

Hewan-hewan Prasejarah Yang Memesona

1. Deinocheirus

Satu-satunya fosil yang ditemukan dari Dinosaurus ini hanyalah sepasang lengan dan beberapa bagian tulang belakang. Kemungkinan Deinocheirus merupakan kerabat dari Ornithomimosaur, setidaknya itulah anggapan para ahli paleontologi.

deinoe1-tm

Ia merupakan genus dari Dinosaurus Theropoda besar yang hidup pada periode Cretaceous akhir dan populasinya tersebar di selatan Mongolia. Lengannya mungkin terlalu panjang untuk tubuhnya dan cakar tangannya itu semakin mengindikasikan bahwa dirinya merupakan salah satu Dinosaurus yang mematikan.

Namun sebenarnya, kegunaan “senjata” tersebut masih banyak diperdebatkan. Beberapa peneliti mengatakan cakar itu digunakan sebagai alat utama untuk berburu.

Beberapa lainnya mengatakan cakar terlalu tumpul, sehingga hanya digunakan sebagai senjata defensif. Bahkan ada pendapat yang mengatakan bahwa Deinocheirus menggunakan lengannya yang besar untuk memanjat pohon, meskipun hipotesis ini secara luas diabaikan.


2. Diprotodon

Sebelum manusia pertama menginjakkan kaki di Benua Australia sekitar 40.000 tahun lalu, beraneka ragam hewan berkantung berukuran besar pernah hidup di sana. Salah satu yang terbesar ialah Diprotodon.

diprotodon

Hewan berkantung yang satu ini diperkirakan ukurannya sebesar seekor Kuda Nil dewasa. Dilihat dari bentuk morfologinya, ia terlihat mirip seperti seekor Wombat, yaitu spesies hewan berkantung Australia, namun berukuran raksasa.

Sama seperti kebanyakan hewan-hewan berkantung lainnya, Diprotodon juga mengkonsumsi dedaunan sebagai makanan utamanya. Meskipun mereka bukanlah hewan yang memiliki pergerakan gesit seperti Kanguru, namun ukuran badannya yang besar dan kuat membuat para predator sangat sulit untuk menaklukannya.


3. Moropus

Ketika para ilmuwan menemukan fosil Moropus untuk pertama kalinya, mereka seakan sulit mempercayai bentuk morfologi dari makhluk yang satu ini. Hewan purba dengan bentuk kepala menyerupai kepala kuda ini benar-benar memiliki bentuk tubuh yang aneh.

moropus-copy

Para Ilmuwan mendeskripsikannya sebagai “campuran” dari tiga binatang, yaitu Kuda, Jerapah kerdil, dan Beruang. Kepalanya yang mirip kuda serta badannya yang menyerupai badan seekor beruang dihubungkan oleh leher yang lumayan panjang bak leher jerapah kerdil.

Dengan kuku-kukunya yang panjang nan tajam, serta kemampuan berlari dengan baik tentunya ia memiliki pertahanan diri yang baik untuk menghindari ancaman para predator. Moropus hidup di wilayah Asia selatan dan barat sekitar 12.000 tahun lalu.


4. Ambulocetus

Inilah salah satu makhluk purba yang banyak diklaim para penganut Neo-Darwinisme sebagai bukti kuat periode transisi spesies makhluk laut ke darat. Ambulocetus, hewan purba dengan perawakan mirip campuran nenek moyang paus dan berang-berang hidup di wilayah yang kini disebut sebagai Pakistan modern sekitar 50 juta tahun lalu.

310889932_6f557c15c3_o

Panjang tubuh seekor Ambulotecetus dewasa diperkirakan sekitar 12 kaki. Bentuk kepalanya besar dengan rahang yang panjang. Gigi-gigi tajamnya didesain untuk menangkap dan mencengkram mangsanya. Didalam air, ia dapat bergerak dengan gesit berkat bantuan ekornya yang digunakan sebagai “motor” bagi tubuhnya.


5. Lystrosaurus

Sebelum kemunculan Dinosaurus, kehidupan makhluk di Bumi pernah diramaikan oleh beberapa hewan aneh yang menyerupai reptil. Salah satunya ialah Lystrosaurus.

lystrosaurus

Hewan purba yang cukup menarik karena bentuk tubuhnya yang aneh ini hidup di habitat berawa-rawa, namun ia juga tidak masalah jika harus terpaksa mendiami tempat-tempat yang tergolong kering. Lystrosaurus diperkirakan mendiami bumi sekitar 230 juta tahun yang lalu.


6. Phorusrhacos

Sekitar 20 juta tahun yang lalu, Amerika selatan merupakan daratan yang memiliki begitu banyak variasi spesies burung dan mamalia. Salah satunya yang cukup terkenal ialah spesies burung karnivora bernama Phorusrhacos.

evi_phorusrhacos_large

Ia adalah spesies burung yang tidak dapat terbang. Tinggi badannya bisa mencapai 10 kaki (3 meter). Meskipun tidak dapat terbang, mereka adalah pelari-pelari cepat. Ini menjadikan Phorusrhacos dapat dengan mudah untuk menangkap mangsanya.

Spesies Phorusrhacos diperkirakan eksis hingga 3 juta tahun yang lalu. Para ilmuwan memperkirakan kepunahan Phorusrhacos disebabkan oleh munculnya beberapa predator lain yang bermigrasi dari Amrika Utara ke Selatan setelah keduanya dihubungkan oleh daratan Amerika tengah yang muncul ke daratan.


7. Mammoth

Saya yakin pasti kalian sudah tidak asing lagi dengan hewan legendaris yang satu ini. Mammoth merupakan salah satu hewan purba yang begitu populer. Fisiknya menyerupai gajah namun memiliki bulu lebat disekujur tubuhnya.

JB003562

Perawakannya yang besar serta tambahan “senjata” berupa gading yang begitu panjang membuatnya begitu sulit untuk ditaklukkan predator manapun. Lukisan-lukisan yang di goreskan pada dinding-dinding gua oleh para manusia purba banyak menggambarkan betapa sulitnya hewan ini untuk ditaklukkan oleh mereka.

Mammoth merupakan hewan yang mendiami sekitar pulau Wrangel di pesisir utara Siberia. Banyak Ilmuwan percaya, generasi terakhir Mammoth masih dapat dijumpai sekitar 4000 tahun yang lalu saat konstruksi piramida Khufu di Giza, Mesir telah selesai dibangun.


8. Harimau Gigi Pedang

Mereka merupakan salah satu hewan zaman es yang begitu terkenal. Salah satu predator terganas nan mematikan yang pernah menginjakkan kakinya di bumi ini. Harimau Gigi Pedang mendiami wilayah barat Amerika Serikat pada akhir zaman es, tetapi mereka juga tersebar di beberapa wilayah Amerika Utara lainnya serta beberapa berdiam di wilayah Amerika Selatan.

10_000_bc-2

Diketahui, terdapat 2 Genus dari hewan ini, yaitu Genus Smilodon dan Genus Homotherium. Pada umumnya jenis dari Genus Smilidon panjang taringnya bisa mencapai lebih dari 18 centimeter, sedangkan untuk genus Homotherium memiliki panjang taring sekitar 10 centimeter. Hewan ini memburu kuda, banteng, antelope sebagai makanannya.


9. Deinotherium

Deinotherium merupakan salah satu mamalia darat terbesar yang pernah menginjakkan kakinya di Bumi. Makhluk prasejarah yang hidup di kala Miosen tengah hingga awal Pleistosen ini pada umumnya memiliki tinggi 3,5 - 4,5 meter (ukuran Deinotherium dewasa) dengan berat berkisar antara 5 - 14 ton.

deinotherium_small-tm

Deinotherium yang merupakan kerabat dekat gajah modern pada dahulu kala hidup tersebar di beberapa wilayah Asia, afrika, dan Eropa. Bentuk fisiknya tidak jauh berbeda dengan gajah modern, hanya saja ia memiliki belalai yang lebih pendek dan gading yang terletak di rahang bagian bawah.

Gading ini mungkin digunakan sebagai alat untuk menggali tanah untuk mendapatkan akses ke akar-akaran dan sayuran. Genus Deinotherium memiliki tiga spesies yang telah dikenali, dan semuanya memiliki ukuran yang besar. Spesies itu diataranya Deinotherium giganteus, Deinotherium indicum, dan Deinotherium bozasi.


10. Therizinosauridae

Therizinosauridae merupakan Dinosaurus dari keluarga Theropoda yang hidup pada akhir periode Cretaceous (99.6 - 65.5 juta tahun silam). Tidak seperti kebanyakan Theropoda yang merupakan karnivora, Therizinosauridae adalah herbivora (walaupun beberapa diantaranya diketahui sebagai omnivora).

therizinosaurusJC

Perlu digaris bawahi, Therizinosauridae merupakan nama dari suatu familia dalam klasifikasi ilmiah. Nama ini pertama kali digunakan oleh Evgeny Maleev pada tahun 1954 untuk memasukkan Therizinosaurus cheloniformis (Jenis Theropoda yang masih memiliki banyak teka-teki) kedalam suatu familia bersama dengan Segnosaurus dan Nothronychus.

Keluarga Therizinosauridae memiliki bentuk fisik yang eksentrik. Pada umumnya mereka berleher panjang dan memiliki bulu. Selain itu cakar-cakar mereka juga cukup besar, mungkin ada yang lebih dari satu meter panjangnya.


11. Epidexipteryx

Epidexipteryx adalah genus Dinosaurus maniraptorian kecil. Hewan prasejarah yang hidup di wilayah China sekitar 152 - 168 juta tahun silam ini merupakan salah satu Dinosaurus terkecil yang pernah ada.

dinocomp-tm

Ukuran dewasanya hanya mencapai 10 inci (kurang lebih seukuran burung merpati). Salah satu daya tarik dari Epidexipteryx adalah empat bulu panjang yang tumbuh di bagian ekornya.

Tidak seperti bulu yang biasa kita temui pada hewan-hewan kelas aves, struktur bulu pada Epidexipteryx ini layaknya seperti satu lembaran pita yang berdiri tegak memanjang ke atas. Namun karena kurangnya remiges (bulu sayap) membuat hewan ini tidak dapat terbang.


12. Longisquama insignis

Hidup pada pertengahan hingga akhir periode Triassic (230 – 225 juta tahun silam), Longisquama insignis merupakan kadal purba yang begitu menarik karena ia memiliki serangkaian “bulu” panjang yang berdiri tegak disepanjang punggungnya.

Struktur “bulu” tersebut hingga kini masih menjadi bahan perdebatan dikalangan para peneliti. Beberapa peneliti meyakini bahwa struktur panjang yang tumbuh di punggung Longisquama bukanlah sejenis bulu, melainkan sisik yang umumnya dapat kita temukan pada reptil seperti Iguana.

longisquama-tm

Bedanya sisik pada Lingisquama lebih panjang dan berbentuk sedikit janggal. Namun menurut pendapat ahli paleontologi, N. Frasher didalam bukunya Dawn of The Dinosaurs: Life in the Triassic, struktur memanjang tersebut bukanlah bagian dari tubuhnya.

Struktur ini kemungkinan hanyalah sejenis tumbuhan pakis yang ikut menjadi fosil bersamanya lalu kemudian disalahtafsirkan. Pendapat Frasher mungkin diperkuat oleh fakta struktur fosil yang ditemukan pada beberapa hewan memang sering tidak ada kaitannya dengan fosil hewan tersebut.


13. Sharovipteryx

Sharovipteryx merupakan reptil yang hidup sejaman dengan Longisquama, yakni pada pertengahan hingga akhir Triassic. Makhluk purba yang memiliki panjang tubuh sekitar delapan inci dengan berat 7,5 gram ini sangat unik karena ia memiliki ukuran kaki belakang yang sangat lebar dibanding kaki depannya.

Kaki belakang yang begitu lebar, ditambah dengan adanya membran yang tumbuh diantaranya membuat ia seolah-olah memiliki sayap yang dapat digunakan untuk terbang. Walaupun pada kenyataannya hewan ini memang tidak dapat terbang layaknya burung, namun bukan berarti bentangan selaput sayap pada kakinya itu menjadi tidak berguna.

dinocomp-tm

Penelitian terbaru menyebutkan berkat selaput sayap ini, Sharovipteryx dapat lebih gesit pada saat meluncur dari suatu tempat ke tempat lainnya dikarenakan mekanisme kerjanya yang sangat mirip dengan delta wing pada pesawat tempur modern.
Beberapa peneliti menganggap hewan ini mungkin memiliki hubungan yang erat dengan pterosaurus mengingat meraka sama-sama memiliki membran penerbangan yang tumbuh diantara kedua kakinya, walaupun hal ini masih sangat kontroversial.

14. Pterodaustro

Pterodaustro memiliki tengkorak yang sangat panjang, yakni sekitar 29 cm. Moncongnya mendominasi 85% dari total panjang tengkorak. Keanehan bentuk fisiknya yang lain yaitu set gigi yang tidak biasa.

picture-1-139-tm

Gigi yang tumbuh dirahang bagian bawah bagaikan ribuan sekat bulu yang kemungkinan ia gunakan sebagai alat untuk menyaring plankton, ganggang, maupun makhkluk kecil lainnya dari air.

Gigi yang jumlahnya ribuan tersebut tumbuh dalam dua alur panjang yang sejajar dengan tepi rahang. Panjangnya sekitar 3 cm dengan lebar antara 0,2 - 0, 3 milimeter. Awalnya diduga struktur ini bukanlah gigi, namun setelah dilakukan beberapa penelitian dugaan tersebut akhirnya luntur. Struktur itu benar-benar merupakan gigi normal karena terdapat enamel, dentin dan pulpa.


15. Microraptor

Genus Microraptor merupakan salah satu jajaran Dinosaurus kecil. Mereka hidup sekitar 120 juta tahun yang lalu dan populasinya tersebar di beberapa wilayah China. Jenis ini umumnya memiliki empat buah sayap dengan satu ekor yang memanjang.

Kendati memiliki dua pasang sayap, Microraptor tidak dapat terbang. Sebaliknya, ia mungkin hanya meluncur dari suatu tempat ke tempat lainnya seperti seekor tupai terbang.

microraptor_3_-tm

Sebagian kalangan evolusionis menganggap hewan ini merupakan makluk peralihan dinosaurus ke burung, dimana dengan kemampuan meluncurnya itu dapat berkembang menjadi sistem penerbangan.

Beberapa peneliti berpendapat, hewan ini kemungkinan banyak menghabiskan hidupnya di pepohonan, merujuk fakta bahwa sayap Microraptor menghalangi kemampuan mereka untuk berjalan di atas tanah.


16. Amphicoelias fragillimus

Fosil yang sukar dipahami ini ditemukan oleh ahli paleontologi terkenal Edward Drinker Cope. Cope telah banyak menemukan fosil-fosil prasejarah, namun yang satu ini adalah yang paling aneh.

800px-human-amphicoelias_size_comparison-tm

Bagaimana tidak? satu-satunya fosil aneh tersebut ialah potongan tulang belakang yang memiliki panjang keseluruahan diperkirakan 40 - 60 meter. Apabila ukuran ini benar-benar valid, itu menjadikan Amphicoelias fragillimus mungkin merupakan makhluk terpanjang dan terberat yang pernah ada (bersaing dengan paus biru dan Argentinosaurus).

Namun sekali lagi, fosil tersebut masih banyak menjadi perdebatan karena sulitnya untuk mengidentifikasi dari penemuan fosilnya yang sangat-sangat minim. Apakah makhluk ini merupakan hewan terbesar yang pernah berjalan di bumi ataukah hanya kesalah pahaman dan hanya sekedar tipuan.

READ MORE - Apa Aja Bagian 3

Sabtu, 18 September 2010

Apa Aja Bagian 2

Berdayakan Pulau Terluar Agar Tak Diklaim Negara Lain

Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi I DPR RI, Paskalis Kossay (Fraksi Partai Golkar) dan Tubagus Hasanuddin (Fraksi PDI Perjuangan) mengingatkan pemerintah pusat, agar segera memberdayakan pulau-pulau terluar agar tak diklaim pihak asing.

Keduanya mengatakan itu kepada ANTARA secara terpisah di Jakarta, Sabtu, mengomentari pernyataan Menkopolhukam Joko Suyanto yang mengatakan baru 12 (dari 92 pulau terluar) peroleh perhatian khusus.

Paskalis mengemukakan, sebaiknya memang pemerintah pusat dengan menggandeng pemerintah daerah segera melakukan aktivitas pada daerah-daerah dan pulau-pulau terluar.

"Saya setuju, dengan pengalaman di Provinsi Kepri bahwa langkah pertama ialah dengan mendatangkan penghuni ke pulau-pulau terluar yang kosong," ujar Paskalis Kossay.

Legislator dari daerah pemilihan (Dapil) Provinsi Papua yang juga di wilayah perbatasan ini menambahkan, untuk efektivitas pengelolaan (awasan tapal batas itu, perlu pula segera membentuk komisi khusus, agar lembaga itu bisa setiap saat meninjau pulau-pulau terluar.

"Memang sekarang Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan (BNPP) baru beroperasi. Tetapi institusi di tingkat pusat ini perlu instrumen di daerah untuk mengefektifkan pengelolaan pulau-pulau terluar itu," ujar Paskalis Kossay.

Sementara itu, Tubagus Hasanuddin yang juga Wakil Ketua Komisi I DPR RI mengatakan, semua proses pengelolaan tetap harus dari satu atap, yakni melalui BNPP itu, meskipun dalam operasional di lapangan bisa dibentuk komisi-komisi atau gugus kendali operasi.

"Tetapi untuk tahap awal dan sangat prioritas, sebaiknya mengutamakan pemberdayaan pulau-pulau terluar yang berpenghuni dulu, karena masyarakat di situ perlu dibangun dan diberdayakan," katanya.

Sebab, menurut dia, mengisi pulau-pulau kosong harus dilihat efisiensinya serta tentu anggarannya.

"Namun, khusus untuk pengelolaan hal-hal yang prioritas, termasuk mendukung Pemda di wilayah perbatasan, sekarang bisa dikoordinasikan dengan BNPP, terutama menyangkut masalah anggarannya," kata Tubagus Hasanuddin.

Waspadai Pencaplokan

Mantan Gubernur Kepulauan Riau Ismeth abdullah menyatakan, pemberdayaan dan pengamanan pulau-pulau terluar milik RI perlu mendapat perhatian khusus pemerintah pusat serta harus diwaspadai dari berbagai upaya pencaplokan pihak asing.

Ismeth Abdullah mengatakan, pemberdayaan dan pengamanan pulau-pulau terluar milik RI perlu mendapat perhatian serius dari Pemerintah Pusat serta harus diwaspadai dari berbagai upaya pencaplokan oleh pihak asing.

"Kita perlu mewujudkan ekonomi dan kehidupan di pulau-pulau terluar yang rata-rata kosong penghuni manusianya itu. Dimulai dengan mendatangkan penghuni," kata Gubernur Pertama Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) periode 2005-2010 tersebut.

Tanpa penghuni, tidak mungkin pulau-pulau tersebut tersentuh.

"Lalu, jangan sampai kita semua terkejut setelah Negara lain menyentuhnya, mengirim orang ke situ, menaruh SDM-nya, mungkin dengan pasukannya, lalu membiayai dengan biaya besar," kata Ismeth Abdullah.

Ia mengungkapkan ini, berdasarkan pengalamannya memberdayakan belasan pulau tak berpenghuni di perbatasan RI-Malaysia, RI-Singapura, RI-Thailand dan RI-Vietnam saat memimpin provinsi Kepri yang wilayah perairannya berbatasan dengan sejumlah negara.

Dalam kenyataannya selama ini, demikian Ismeth Abdullah, pengelolaan pulau-pulau terluar itu tidak bisa diserahkan seratus persen kepada pihak Pemerintah Daerah (Pemda).

"Terutama karena anggaran Pemda sangat terbatas. Itu hal yang pertama, mengapa Pemerintah Pusat harus memberi perhatian khusus kepada pulau-pulau terluar ini," ungkapnya.

Lalu kedua, menurutnya, pulau-pulau terulari itu pada umumnya kosong, sehingga pihak Pemda memprioritaskan anggarannya kepada pulau-pulau yang berpenghuni saja.

"Karena itu, Pemerintah Pusat harus turun tangan. Kalau tidak asalah kan ada 90-an pulau terluar di Indonesia, dan 19 di antaranya ada di Provinsi Kepri, yang selama ini provinsi ini berusaha menganggarkan untuk melakukan sesuatu di pulau-pulau terluar tersebut," kata Ismeth Abdullah lagi.

Transmigrasi Mini

Ismeth Abdullah mengatakan, semua ini sebetulnya sudah dianggarkan oleh Pemerintah Provinsi Kepri.

"Tetapi dalam proses penganggarannya selalu kalah prioritas, karena umumnya wakil-wakil rakyat di DPRD setempat serta kebijakan dari pihak provinsi sendiri memprioritaskan mempertahankan wilayah-wilayah yang berpenduduk, karena masih banyak desa-desa di pulau-pulau lain yang tertinggal. Sedangkan pulau-pulau terluar tadi kosong orang," katanya.

Ismeth Abdullah memperkirakan, rata-rata pemberdayaan sebuah pulau terluar itu, butuh anggaran sekitar satu miliar rupiah.

"Itu belum termasuk biaya monitoring. Sebab, kalau mereka sudah diangkuta ke sana dan mendapat bantuan macam-macam, tapi kemudian sebulan dua bulan kemudian mereka lari dari sana, berarti proyek ini gagal. Nah,dalam hal inilah (`monitoring) Pemerintah Pusat perlu mendukung penyediaan dananya," katanya.

Menurut dia, Pemerintah Pusat bisa dengan menempatkan seorang petugasnya di tingkat kecamatan, untuk membina keluarga-keluarga di pulau-pulau terluar tersebut.

"Semacam transmigrasi mini-lah begitu. Kita bikin pulau-pulau terluar yang kosong itu berpenghuni, diberi kehidupan ekonominya, di-`monitoring serta dibina. Tegasnya, kita mewujudkan ekonomi di pulau-pulau terluar tersebut, dimulai dengan adanya penghuni," katanya.
READ MORE - Apa Aja Bagian 2

Jumat, 17 September 2010

Admin Area

Bla Bla Bla















READ MORE - Admin Area

Apa Aja Bagian 1

Hmmm, bagian label mengenai apa aja, yah yang pengen aku tulis-tulis aja, cerita ini akan pasti gw masukkan edisinya minimal 2 edisi tiap bulan, hehe biar jadi keunggulan blog ku di para kaum blogger lah, yah gak usah panjang lebar lagi

ehmmmm, ehmm, Journey to The Center of The Earth

pasti semua bertanya , kenapa aku mengatakan kata itu, pasti mengira aku dah pernah pergi ke tengah2 bumi, eits jangan salah sangka dulu, itu salah satu judul film ,hehe sebenarnya di sekolah kami tepatnya SMA Kristen Kalam Kudus Pematang Siantar, guru bahasa Inggris kami mengajak kelas kami untuk menonton film ini, tanpa subtitle , lalu kami disuruh menuliskan cerita film ini dengan kata2 sendiri dalam bahasa Inggris, neh gw kasih ceritanya ala gaya Magnumzer,



Journey to the Center of the Earth

Ada seorang pemuda bernama Trevor Anderson, seorang vulcanologist muda yang sangat tertarik dengan efek -efek benda vulkanis yang ada di dalam bumi, tau gak kenapa? bagi yang udah tahu yah tidak usah di bilang lagi, sebenarnya Si Trevor ini sedang mencari keberadaan Saudara laki-lakinya Max, yang tiba - tiba menghilang saat terjadi aktivitas vulkanis 10 tahun yang lalu, btw jangan salah yah kenapa kata-kata gw dalam maknanya, ehhehe ini adalah tulisan gw sendiri, ok kita lanjutin ceritanya
dia juga mengajari sebagai dosen di sebuah universitas, saat menuju ke lab, alat pendeteksi getaran vulkanis menangkap 3 titik yang menunjukkan tanda aktif dari gunung berapi,saat kembali ke rumahnya ternyata dia lupa bahwa keponakannya Sean, alias Anak dari Max, datang untuk menginap selama 10 hari untuk mengisi hari liburnya,, Ibu Sean juga membawakan Kotak yang berisi barang- barang yang sering dipakai oleh Max, didalamnya terdapat sebuah sarung baseball, dan sebuah buku yang berjudul Journey to the Center of the Earth oleh Jules Verne

A Journey to the Centre of the Earth-1874.jpg

di dalam buku itu ada catatan yang ditulis oleh Max mengenai gejala2 vulkanis yang di prediksi
di lab milik Trevor, Sean mengatakan bahwa yang tadi semula ada 3 titik, sekarang bertambah menjadi 4, yaitu terdapat tambahan di titik yang merupakan sebuah gunung berapi di Iceland yang bernama Snfell, Trevor dan Sean pun pergi kesana , di dalam perjalanan Trevor menemukan catatan yang lain yaitu Sigurbjörn Ásgeirsson, tertarik??? silahkan deh di tonton pokoknya Recomended Movie deh untuk pengetahuan
READ MORE - Apa Aja Bagian 1